Black Hole


Abad ke-20 menyaksikan banyak sekali penemuan baru tentang peristiwa alam di ruang angkasa. Salah satunya adalah black hole. Black hole terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya runtuh hancur ke dalam dirinya sendiri, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dengan volume nol serta medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat black hole dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkan di wilayah sekelilingnya.
Istilah black hole pertama kali digunakan tahun 1969 oleh fisikawan Amerika, John Wheeler. Awalnya, kita beranggapan bahwa kita dapat melihat semua bintang. Akan tetapi, belakangan diketahui bahwa ada bintang-bintang di ruang angkasa yang cahayanya tidak dapat kita lihat, sebab cahaya bintang-bintang yang runtuh itu lenyap. Cahaya tidak dapat meloloskan diri dari sebuah black hole, karena lubang ini merupakan massa berkerapatan tinggi di dalam sebuah ruang yang kecil. Gravitasi raksasa bahkan mampu menangkap partikel-partikel tercepat, seperti foton (partikel cahaya). Misalnya tahap terakhir dari sebuah bintang biasa yang berukuran tiga kali massa matahari, berakhir setelah nyala apinya padam dan mengalami keruntuhannya sebagai sebuah lubang hitam bergaris tengah hanya 20 km (12,5 mil). Lubang hitam berwarna "hitam", yang berarti tertutup dari pengamatan langsung. Namun demikian keberadaan black hole ini diketahui secara tidak langsung, melalui daya hisap raksasa gaya gravitasinya terhadap beda-benda langit lainnya. Selain itu, bintang -bintang bermassa besar juga menyebabkan terbentuknya lekukan-lekukan di ruang angkasa tapi juga membuat lubang di dalamnya. Itulah mengapa bintang-bintang runtuh ini dikenal sebagai black hole.

0 komentar:

Posting Komentar